Jakarta Keberadaan kalum liberal yang menyusup ke dalam badan Nahdhatul Ulama (NU) kian mencoreng citra perjuangan Nahdhiyin di Tanah Air.Dengan demikian, secara tegas NU Garis Lurus mendorong ulama-ulama dan kadernya untuk terus membela yang haq meskipun itu pahit. Berikut rangkaian hujjah bahwa Nahdhatul Ulama adalah anti-liberal, dalam pernyataan NU Garis Lurus, sebagaimana dilansir pada Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Warga Nahdliyyin bersuka cita memiliki teladan yang beragam, keragaman yang sekaligus rahmatan lil alamin, dan karena itulah, menjadi warga Nahdliyyin harus menyiapkan hati dan pikiran seluas cakrawala. Seandainya di atas cakrawala masih ada cakrawala, warga Nahdliyyin harus jadi semesta yang menampung segala. Salah satu sosok berkepribadian semacam itu adalah KH. Imam Jazuli, Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia benar Kiai Imam Jazuli dalam memahami substansi dan esensi Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang tidak ecek-ecek. Makna NU bagi beliau merepresentasi nama dan orang-orangnya, mulai dari jamaahnya hingga pengurusnya; baik yang duduk di jabatan struktural hingga yang secara kultural saja. Dari segi nama, NU berarti kebangkitan kaum intelektual atau "intellectuals enlightenment". Penulis mengamini ketika Kiai Imam Jazuli berkomentar bahwa menjadi warga NU itu berat sekali, karena harus memiliki hati dan pikiran seluas inilah yang tidak dipelajari dengan serius oleh komunitas NU Garis Lurus. Ustad Luthfi Bashori, Ustad Yahya al-Bahjah, dan Ustad Muhammad Idrus Ramli tidak mengajari santri-santri fanatiknya tentang makna kebangkitan kaum cendekiawan, sehingga rombongan mereka jatuh ke jurang fanatisme sempit yang begitu dalam dan gelap gulita. Karenanya, Kiai Imam Jazuli tidak salah ketika menempatkan NU Garis Lurus sebagai gerakan Neo-Khawarij. Salah satu bukti paling nyata adalah ketidakmampuan komunitas NU Garis Lurus melihat hikmah yang begitu halus pertentangan KHR. As'ad Syamsul Arifin dan KH. Abdurrahman Wahid Mantan Presiden RI ke-4. Mufaraqah Kiai As'ad dari Gus Dur dipahami secara dangkal. Padahal, di kalangan warga Nahdliyyin yang terpelajar, tercerahkan, dan ilmiah, seperti Kiai Imam Jazuli, Mufaraqah dua kubu yang saling berseberangan ini memang harus terjadi. Sesuai konteks politik di jaman itu. Ingat, ini bukan konteks akidah melainkan strategi politik. KHR. As'ad Syamsul Arifin saat itu dekat dengan rezim Orde Baru yang dipimpin tangan besi Presiden Soeharto. Sedangkan dalam program TV Kick Andy, Gus Dur dengan blak-blakan mengatakan dirinya tidak punya musuh di dunia ini kecuali Soeharto. Itu pun dalam konteks politik saja, bukan dalam relasi sosial kemanusiaan. Mufaraqah antara KHR. As'ad dan Gus Dur adalah Mufaraqah politik, karena generasi tua ini khawatir kelak Gus Dur tidak ada yang membela ketika rezim besi Orba merasa ini berdasarkan pernyataan KHR. As'ad Syamsul Arifin sendiri kepada KH. Khotib Umar Didik Suyuthi, "Rahasia di Balik Mufaraqah Kiai As'ad dari Gus Dur," 22/12/2015. Jika NU Garis Lurus menjadikan peristiwa "Mufaraqah" ini sebagai pijakan historis untuk melegitimasi komunitasnya itu maka sah-sah saja. Bahkan, aliran "NU-Kanan" seperti NU Garis Lurus harus ada demi mengimbangi "NU-Kiri" seperti Jaringan Islam Liberal JIL. Tetapi, NU sejati adalah menampung kedua aliran itu, bukan salah satunya saja. Itulah NU Moderat, yang tawasut, tasamuh, tawazun, dan i'tidal. Bukan NU yang kanan atau yang kiri, tetapi NU yang di sinilah makna kebangkitan kaum intelektual, intellectuals enlightenment, atau Nahdlatul Ulama. Jadi, NU itu bukan KHR As'ad Syamsul Arifin saja dan bukan pula KH Abdurrahman Wahid semata. NU itu adalah kedua-duanya, yakni Kiai As'ad maupun Gus Dur. Atau, NU itu bukan Garis Lurus saja, bukan JIL saja, melainkan kedua-duanya adalah NU. Itulah yang dimengerti oleh PBNU. Memang berat bagi NU Garis Lurus menerima JIL, sebagaimana juga berat bagi JIL menerima NU Garis Lurus. Tetapi, bagi PBNU, keduanya adalah anak-anak sendiri, yang walaupun berbeda dalam tingkat kenakalannya tetap harus dirangkul, kedua adalah ketidakmampuan NU Garis Lurus memahami substansi ajaran Hadratus Syeikh Hasyim Asyari. Misalnya saja, mereka mau membaca dan mengkaji Muqoddimah Qanun Asasi saja, satu kitab itu saja, kita akan melihat bagaimana Hadratus Syeikh menyerukan persatuan dan kekompakan. Kiai Imam Jazuli melihat potensi besar NU Garis Lurus sebagai pemecah persatuan dan kerukunan umat. Di dalam Muqoddimah Qanun Asasi, sebagai Garis Perjuangan dan Jati Diri NU disampaikan Rois Akbar Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari dalam pidato sambutan pendirian NU 16 Rajab 1344 H di Surabaya. Teks aslinya dalam bahasa Arab, tapi terjemahannya sudah pernah dilakukan KH. Mustofa Bisri. Dalam Muqoddimah Qanun Asasi, Hadratus Syeikh mengatakan, "Sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal persatuan dan kekompakan adalah merupakan hal yang tidak seorang pun tidak mengetahui manfaatnya." Sangat naif bila kemudian hari NU Garis Lurus tidak mengetahui manfaat kekompakan dan persatuan kekompakan ini, kata Kiai Hasyim Asy'ari, jangan dicerai-beraikan oleh perbuatan suka bantah-bantahan. "Kamu sekalian berpegang teguh kepada tali agama Allah seluruhnya dan jangan bercerai-berai; Kamu saling memperbaiki dengan orang yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kamu. Dan Allah membenci bagi kamu, saling membantah, banyak tanya dan menyia-nyiakan harta benda."Namun, kekompakan ini gagal total dipahami oleh NU Garis Lurus. Bagaimana mungkin komunitas NU Garis Lurus mampu hidup kompak dan berdampingan dengan seluruh umat manusia di Jagad semesta ini, sedangkan terhadap sesama warga NU saja mereka suka main tuding, main tuduh, mudah menghakimi. Padahal, Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari mengatakan, "suatu umat bagai jasad yang satu. Orang-orangnya ibarat anggota-anggota tubuhnya. Setiap anggota punya tugas dan perannya."NU Garis Lurus tertutup mata hatinya dan tidak merasa bahwa tudingan-tudingannya menyakiti kelompok-kelompok di luar sana. Mungkin saja, komunitas JIL tidak sakit hati, karena masih kader NU yang berprinsip tentang relativisme. JIL akan menilai NU Garis Lurus hanya kelompok kecil, yang tidak ikut perkembangan jaman. Tetapi, siapa yang mampu menjamin bahwa komunitas Syiah dan Ahmadiyah, yang tak luput dari cercaan NU Garis Lurus ini, tidak merasa sakit hati? 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
Pertama tentang tulisan KH Imam Jazuli, bahwasannya ketiga tokoh tersebut petinggi NU Garis Lurus, dalam tulisannya menulis: "Dengan gaya radikal, NU Garis Lurus menjelma gerakan neo-khawarij, yang menuduh sesat siapa saja yang menyimpang dari tafsir keagamaan versi dirinya, termasuk Gus Dur, M. Quraish Shihab, dan Kiai Said Aqil Siradj.
Deprecated Function WP_Query was called with an argument that is deprecated since version caller_get_posts is deprecated. Use ignore_sticky_posts instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5697 Notice Undefined variable arkrp in /home/u5450082/public_html/ on line 435 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521Tokoh Muda NU Garis Lurus Belajarlah dari Muhammadiyah Jadilah seperti Muhammadiyah, mandiri dalam segala bidang. Karenanya, sikap-sikap politik dan kenegaraan mereka pun mandiri. Tidak banyak mudahanah, cari-cari muka, tidak mengaku paling NKRI, tidak mengaku paling Pancasilais, pengakuan mereka tidak diperlukan sebab tindakan mereka lebih dari cukup untuk menjadi bukti. Muhammadiyah selalu bisa diharapkan, bahkan saat Revolusi Jilbab di era orde baru, saat siswa-siswa berjilbab begitu didiskriminasikan, sekolah-sekolah Muhammadiah lah yang menampung mereka. Kasus Siyono yang terbaru, Muhammadiyah pula yang advokasi. Kasus penistaan agama oleh BTP, Muhammadiyah pula yang menempuh jalur hukum beserta elemen lainnya. Muhammadiyah pun banyak mengajukan judicial review atas undang2 yang merugikan rakyat. Ketika liberalisme agama menyerang pemuda-pemuda, pemuda-pemuda Muhammadiah pun terdampak tapi tak banyak, juga tak berkembang. Warga Muhammadiah tak begitu tertarik menjual agama demi uang, sebab perut mereka sudah cukup, mereka mandiri, mereka pun banyak memberi. Saya dengar salah satu kisah dari sesepuh kami, gerakan Misionaris di salah satu kampung kewalahan bersaing dengan Muhammadiyah. Mereka memberi beras, Muhammadiyah juga memberi beras, mereka buat TK, Muhammadiyah juga buat TK, mereka bagikan permen, Muhammadiyah pun bagikan permen. Akhirnya, ummat lapar itu lebih memilih ngaji ke TK Muhammadiyah, sama2 Islam, sama2 dapat beras. Saya yakin, semua keberkahan ini berawal dari kata-kata Kyai Dahlan “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dari Muhammadiyah*” *Salam hormat untuk Muhammadiyah. Ingin belajar dari Muhammadiyah.* Gus Asror. Pesantren Sidogiri, NU GARIS LURUS Continue Reading Munculnyakelompok-kelompok NU Garis Lurus dan NU Kultural atau NU Garis Lucu adalah reaksi terhadap prilaku bengkok Pengurus NU, paling tidak itu yang disampaikan oleh KH Idrul Ramli, Singa Aswaja dari Jember itu. Wallahu a'lam bishawab, Wallahumuawafiq illa shirati al mustaqim. - Setelah terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, kekinian NU juga telah mengumumkan daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027. Ada kejutan, lantaran untuk pertama kalinya dalam sejarah, NU memiliki pengurus dari tokoh perempuan. Salah satu nama tokoh perempuan yang paling menjadi perhatian dalam daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027 adalah istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid. Tidak hanya itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga masuk dalam pengurus PBNU terbaru ini. Putri Gus Dur, Alissa Qotrunnada Wahid juga masuk menjadi Ketua di Tanfidziyah, sama seperti Khofifah. Untuk lebih lengkapnya, berikut daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027 sebagaimana tertera dalam Keputusan PBNU Nomor 01/ yang ditandatangani oleh Rais Aam KH Miftachul Ahyar; Katib Aam KH Ahmad Said Asrori; Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf; serta Sekjen KH Saifullah Yusuf. Baca Juga Khofifah Jadi Cawapres Perempuan Terdepan Dibanding Calon Lain, Modal Suara Besar di Jatim Susunan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa Khidmat 2022 - 2027 MUSTASYAR KH. A. Mustofa BisriAGH. Dr. Baharuddin HS, MAProf. Dr. KH. Ma'ruf AminKH. Jirjis Ali MaksumKH. Nurul Huda DjazuliKH. Bunyamin MuhammadKH. Anwar Manshur Syaikh H. Hasanoel Basri HGKH. Dimyati Rois KH. As'ad Said AliHabib Luthfi Bin YahyaProf. Dr. KH. Machasin, MATGH. LM. Turmudzi BadaruddinProf. Dr. KH. Artani HasbiProf. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MAAGH. Habib Abdurrahim AssegafNyai Hj. Nafisah Sahal MahfudzKH. Muhammad Nuh Ad-DawamiNyai Hj. Shinta Nuriyah A. WahidKH. Abdullah Ubab MaimoenNyai Hj. Machfudhoh Aly UbaidKH. Zaky MubarokKH. Taufiqurrahman SubkhiKH. Mustafa Bakri NasutionKH. Fuad NurhasanKH. Abdul Kadir MakarimKH. Muhtadi DimyathiDr. Muhammad Hikam, MA, APUKH. Ulin Nuha ArwaniDrs. KH. Ahmad Chozin ChumaidiHabib Zein bin Umar bin SmithKH. Muhammad Hatim Salman, LcKH. Muhammad RomliH. Herman Deru, SH, MMSYURIYAH Rais Aam KH. Miftachul AkhyarWakil Rais Aam KH. Anwar IskandarWakil Rais Aam KH. Afifuddin MuhajirRais KH. Muhammad Mushtofa Aqiel SirojRais KH. Abun Bunyamin RuhiyatRais KH. Ali Akbar MarbunRais Prof. Dr. KH. Zainal AbidinRais KH. Idris HamidRais KH. Adib Rofiuddin IzzaRais KH. Abdullah Kafabihi MahrusRais KH. Ubaidillah FaqihRais KH. Masdar Farid Mas'udiRais KH. Aniq MuhammadunRais KH. Azizi HasbullahRais Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEARais KH. Mudatsir BadruddinRais Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MARais KH. A. Mu'adz ThohirRais Dr. KH. Abdul Ghafur Maimoen, MARais KH. Bahauddin NursalimRais KH. Subhan MakmunRais KH. Hambali IlyasRais KH. Imam Buchori CholilRais Prof. Dr. KH. Abd. A'la BasyirRais KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc, MA, KH. Ahmad Haris ShodaqohRais KH. Moch. Chozien AdenanRais KH. Abdul Wahid ZamasRais KH. Abdul Wahab Abdul Gafur, LcKatib Aam KH. Ahmad Said AsroriKatib KH. Nurul Yaqin IshaqKatib Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi, Lc, MAKatib KH. Sholahudin Al-Aiyub, Dr. KH. Hilmy Muhammad, MAKatib KH. Abu Yazid Al-BusthamiKatib KH. Faiz Syukron Makmun, Lc, MAKatib KH. Athoillah Sholahuddin AnwarKatib KH. Muhammad Abdurrahman Al KautsarKatib Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali, MAKatib KH. Reza Ahmad ZahidKatib Habib Luthfi bin Ahmad Al-AttasKatib Dr. KH. Abdul Ghofar RozinKatib KH. Maksum FaqihKatib Dr. KH. Nur Taufik Sanusi, MAKatib KH. M. Syarbani HairaKatib KH. Muhammad Aunullah A'la Habib, LcKatib KH. Ahmad Muzani Al-FadaniKatib KH. Sarmidi HusnaKatib H. Ikhsan Abdullah, SH, MHKatib KH. Muhyidin Thohir, KH. Ahmad Tajul MafakhirKatib Dr. HM. Asrorun Ni'am Sholeh, MA A’WAN Habib Syech bin Abdul Qadir AssegafH. Ahmad Sudrajat, Lc. MAHabib Ahmad Al HabsyiKHR. Chaidar MuhaiminDr. KH. Zaidi AbdadKH. Najib HasanDr. H. Endin AJ Soefihara, MMADr. Ali Masykur Musa, H. Imam Anshori Saleh, SH, MADr. H. Anis NakiHj. Nafisah Ali MaksumDr. H. Agus RofiudinHj. Badriyah FayumiKH. Matin SyarqowiHj. Ida Fatimah ZainalH. Hamid Usman, SEHj. Dr. Faizah Ali SibromalisiKH. Muhammad Fadlan AsyariProf. Dr. Muhammad NasirProf. Dr. Asasri WarniDr. H. Mochsen AlydrusDr. H. Muhajirin YanisKH. Masyhuri Malik Masryah AmvaKH. Mahfud AsirunH. Misbahul Ulum, SEKH. Yazid Romli, Lc, MAProf. Dr. Ali NurdinKH. Ahmad Ma'shum Abror, Rahmat HidayatDr. Dany Amrul Ichdan, SE, Chaider S. Banualim, MADr. H. Juri Ardiantoro, Abdul MuhaiminIr. H. Irsan NoorH. Zainal Abidin Amir, MAKH. Taj Yasin Maimun TANFIDZIYAH Baca Juga Besok Laga Timnas Indonesia Lawan Palestina, Gubernur Khofifah Kuatkan Persaudaraan dan Solidaritas Ketua Umum KH. Yahya Cholil StaqufWakil Ketua Umum KH. Zulfa MustofaWakil Ketua Umum KH. Sayyid Muhammad Hilal Al AididWakil Ketua Umum Prot. Dr. H. Nizar Ali, Ketua Umum H. Nusron Wahid, SEKetua Prof. Dr. KH. Moh. Mukri, KH. Hasib Wahab ChasbullahKetua Ny. Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, MAKetua H. Amin Said Husni, MAKetua H. Aizuddin Abdurrahman, SHKetua KH. Abdul Hakim MahfudzKetua H. Umarsyah, H. Ishfah Abidal Aziz, SHI, MHKetua Dr. H. Miftah FaqihKetua Ny. H. Alissa Qotrunnada Wahid, Drs. H. Amiruddin Nahrawi, Drs. H. Ulyas Taha, H. Sarbin Sehe, Prof. Dr. H. Agus Zainal ArifinKetua Drs. H. Abdullah Latopada, MAKetua Dr. KH. Ahmad FahrurroziKetua Drs. H. Muhammad Tambrin Mohamad Syafi AlielhaKetua H. Arif Rahmansyah Marbun, SE, MMKetua Padang Wicaksono, SE, Ir. Fahrizal Yusuf Affandi, H. Nasyirul Falah Amru, SE, MAPKetua H. Choirul Sholeh Rasyid, SEKetua Dr. H. Zainal Abidin Rahawarin, H. Mohammad Jusuf HamkaKetua Dr. H. Eman Suryaman, SE, MMKetua H. Robikin EmhasSekretaris Jenderal Drs. H. Saifullah YusufWakil Sekretaris Jenderal KH. Abdussalam SohibWakil Sekretaris Jenderal Prof. Dr. Ahmad Muzakki, SEAWakil Sekretaris Jenderal H. S. Suleman Tanjung, Sekretaris Jenderal Dr. H. Muhammad Aqil Irham, Sekretaris Jenderal Drs. H. Imron Rosyadi Hamid, SE, Sekretaris Jenderal Faisal Saimima, SEWakil Sekretaris Jenderal Mas'ud SalehWakil Sekretaris Jenderal Ai Rahmayanti, Sekretaris Jenderal Silahuddin, MHWakil Sekretaris Jenderal H. Rahmat Hidayat Pulungan, Sekretaris Jenderal Habib Abdul Qodir Bin Aqil, SH, MA, LLMWakil Sekretaris Jenderal Dr. Najib AzcaWakil Sekretaris Jenderal H. Syarif Munawi, SE, MMWakil Sekretaris Jenderal Isfandiari Mahbub DjunaidiWakil Sekretaris Jenderal H. Taufiq Madjid, Sekretaris Jenderal Dr. H. Muhammad Faesal, MH, Sekretaris Jenderal H. Andi Sahibuddin, Sekretaris Jenderal Drs. Lukman Khakim, Sekretaris Jenderal H. Nur Hidayat, MAWakil Sekretaris Jenderal H. Lukman Umafagur, Umum H. Mardani H. MamingBendahara H. Dipo Nusantara Pua Upa, SH, MH, H. Sumantri Suwarno, SEBendahara H. Gudfan ArifBendahara Nuruzzaman, Hidayat FirmansyahBendahara Nashruddin AliBendahara H. Ahmad NadzirBendahara H. Burhanudin MochsenBendahara Dr. H. Ashari TambunanBendahara Dr. Faisal Ali Hasyim, SE, CA, CSEPBendahara H. Aswandi RahmanBendahara H. Fesal Musaad, sejumlah nama tokoh perempuan dalam kepengurusan PBNU, bagi Alissa Wahid adalah terobosan yang sangat penting. Menurutnya, peran perempuan sejak awal berdirinya NU justru sangat besar. “Selama ini tokoh-tokoh perempuan NU tidak hanya mengurusi kiai tapi juga pondok putri juga pengajian dan kegiatan di ruang publik juga banyak diurusi Bu Nyai,” kata putri Gus Dur, Alissa. Demikian daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027. Apakah salah satu panutan atau idola anda masuk dalam daftar pengurus PBNU terbaru tersebut?
ItulahNU Moderat, yang tawasut, tasamuh, tawazun, dan i'tidal. Bukan NU yang kanan atau yang kiri, tetapi NU yang di tengah-tengah. Di sinilah makna kebangkitan kaum intelektual, intellectuals enlightenment, atau Nahdlatul Ulama. Jadi, NU itu bukan KHR As'ad Syamsul Arifin saja dan bukan pula KH Abdurrahman Wahid semata.

Menimbang Radikalisme NU Garis Lurus Neo-Khawarij Oleh KH. Imam Jazuli, Lc., Menjelang Muktamar NU ke-33 di Jombang tahun 2015, muncul fenomena radikal jenis lain. Yakni, kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai NU Garis Lurus, yang secara radikal memusuhi seluruh kelompok yang berbeda dari dirinya. Kelompok ini digawangi oleh Ustad. Luthfi Bashori Malang, Ustad Yahya al-Bahjah Cirebon, dan Ustad Idrus Ramli Jember. Dengan gaya radikal, NU Garis Lurus menjelma gerakan neo-khawarij, yang menuduh sesat siapa saja yang menyimpang dari tafsir keagamaan versi dirinya, termasuk Gus Dur, M. Quraish Shihab, dan Kiai Said Aqil Siradj. Tokoh-tokoh NU Moderat ini tidak lepas dari cercaan mereka. Mencerca tokoh NU moderat sama persis dengan saat mencerca kelompok Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, dkk.. Radikalisme neo-khawarij ini membuat jamaah Nahdliyyin terkocar-kacir. Bahkan, keberhasilan NU Garis Lurus menggalang jamaah sendiri terlihat jelas saat Pilpres 2019 tempo hari. Golongan kecil ini mendukung pasangan Prabowo-Sandi di kala mayoritas warga Nahdliyyin mendukung Jokowi-Amin. Visi awal NU Garis Lurus memang untuk menentang golongan mayoritas. Dalam rangka menyerang NU Moderat, NU Garis Lurus mengangkat isu-isu lama, seperti permusuhan terhadap Syi’ah dan Ahmadiyah. Ironisnya, NU Garis Lurus terperdaya oleh kaum Wahhabi yang mentahrif atau mengubah teks kitab ar-Risalah karya Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari. Mbah Hasyim tidak memusuhi kelompok Syi’ah secara umum, tetapi khusus Syi’ah Rafidhah, yakni mereka yang memusuhi para sahabat Nabi. Di Indonesia, kelompok Syi’ah Rafidhah itu tidak ada. Tetapi, karena terjebak oleh versi Wahhabi, NU Garis Lurus menyamakan seluruh Syi’ah tanpa mampu membedakannya dengan Rafidhah. Dari sinilah potensi destruktif aliran NU Garis Lurus terlihat nyata. Sehingga ia tak ubahnya dengan golongan radikalis Islam lainnya. Watak destruktif dari aliran NU Garis Lurus ini sangat kentara. Dalam setiap dakwahnya, tuduhan kelompok di luar dirinya telah menyimpang, sesat, “tidak-lurus”, sangat mudah dijumpai. Bukan saja golongan Syi’ah, Ahmadiyah, bahkan tokoh-tokoh seperti Gus Dur, Quraish Shihab, dan Kiai Said Aqil Siradj pun tidak lepas dari tuduhan telah berbuat menyimpang. Pemaknaan terhadap konsep Akidah Ahlus Sunah wal Jamaah dan teks-teks kitab karangan Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari ditafsiri sesuai perspektif kelompoknya. Kehadiran NU Garis Lurus tidak lepas dari peran yang ingin dimainkannya, yakni anti-tesa terhadap aliran liberal yang digagas oleh anak-anak muda NU. Namun begitu, gerakannya yang terlalu ekstrim kanan membuat persoalan kebangsaan dan keagamaan semakin rumit. NU Garis Lurus hadir hanya untuk meramaikan persoalan dialektika internal NU dengan jalur dakwah puritanisasi. Puritanisme adalah gerakan paham keagamaan yang memperjuangkan keaslian. Akhir abad 16 di Inggris, kaum puritan ingin memurnikan ajaran Katolik Roma dari ajaran-ajaran yang dianggap bukan dari Katolik. Di Timur Tengah terjadi pada abad ke-18, ketika aliran Wahhabisme dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Wahhabisme ingin membersihkan Islam dari ajaran-ajaran yang dianggap bukan dari Islam. Dengan menyerang tokoh-tokoh besar NU seperti Gus Dur, Quraish Shihab, Said Aqil Siradj, NU Garis Lurus mengusung paham puritanisme. Terminologi “Garis Lurus” digunakan untuk ajaran puritanisme mereka. Yakni, mengebiri aspek-aspek keagamaan dan pemikiran di tubuh NU, yang menurut mereka tidak sejalan dengan ajaran Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari. Pengebirian ini pula tidak lepas dari konteks sosial-politik pada jamannya. Yaitu, kelompok NU Garis Lurus ini mengalami kekalahan telak pada Muktamar NU ke-33 tersebut. Idrus Ramli dan kawan-kawan hanya mendapatkan suara yang sedikit dan tidak masuk ke dalam kepengurusan struktural PBNU. Satu-satunya jalan adalah berbeda dengan NU Moderat melalui propaganda keagamaan, yang disebutnya Garis Lurus. Sehingga dalam perjalanannya, NU Garis Lurus akan terus menyerang PBNU baik dalam aspek keorganisasian maupun non-organisasi. Siapa pun mau menyerang PBNU, sejatinya sudah difasilitasi, yakni dengan adanya media intelektual seperti tradisi Bahtsul Masail. Di sana semua urusan agama fikih, akhlak, dan Aqidah dapat dibicarakan secara akademik. Namun, NU Garis Lurus lebih sering su’ul adab tidak beretika dan mengabaikan diskusi terbuka di panggung Bahtsul Masail. Padahal, inilah kesempatan mereka duduk bersama dengan seluruh entitas kelompok dan aliran pemikiran yang ada dalam tubuh NU sendiri. Jika NU Garis Lurus memang memperjuangkan kebenaran dan ilmu pengetahuan, bukan kekecewaan karena tidak mendapat kekuasaan dan struktur jabatan, semestinya menghindari tuduhan-tuduhan sepihak yang menyudutkan NU Moderat. Bahtsul Masail jangan ditinggalkan, supaya jamaah Nahdliyyin tidak jadi korban.

Entahitu dari mana bermula, namun kemudian di tubuh NU sendiri nyaring terdengar suara golongan yang mengatasnamakan Nahdlatul Ulama Garis Lurus (NUGL). Dari nama saja dapat ditemukan kejanggalan. Tambahan garis lurus seolah ingin mengatakan bahwa NU yang ada saat ini, yang notabene merupakan warisan dari para ulama alim allamah di masa lalu

Umat awam pembonceng kepentingan, adalah orang-orang yang memang berasal dari kelompok-kelompok yang membenci NU. Mereka sangat menginginkan kehancuran NU sehingga mereka ingin merusak NU dari dalam NU sendiri dengan memprovokasi warga NU yang tergolong dari 1 & 2 tsb diatas. Mereka senantiasa berupaya membuat air kolam NU menjadi keruh dan untuk memancing di air keruh tsb. Mereka berasal dari kelompok-kelompok yang ingin menguasai NKRI Untuk menguasai SDA, Sosial, Budaya, Politik dan Agama. Tetapi mereka harus menghancurkan penjaganya yaitu NU. Oleh karena itu mereka selalu membonceng utk mencari peluang yang bisa menghancurkan NU baik dari luar maupun dari dalam NU itu sendiri. Jadi, NUGL NU Garis Lurus merupakan gerakan yang berafiliasi dengan FPI karena secara akidah sama, tetapi sepertinya mereka juga tidak sadar kalau mereka juga dimanfaatkan oleh orang-orang dari kelompok Islam Transnasional seperti Ikhwanul Muslimin IM dan Hizbut Tahrir HTI Juga Wahabi / Salafi Wahabi Wahabiyin. Sehingga justru akhirnya mereka lebih cenderung menjadi NU rasa FPI atau NU rasa Wahabi. Sehingga garis perjuangan NUGL sudah keluar jauh dari garis perjuangan NU yang sesungguhnya yang mementingkan kepentingan bangsa dan agama serta kemaslahatan umat manusia Indonesia pada khususnya. Kiprah NUGL selama ini terus berusaha untuk memutus mata rantai antara warga nahdliyin dan ulama/kyai/habaib NU. Komplotan barisan sakit hati itu sangat mendukung upaya fitnah2 busuk kepada pimpinan PBNU yakni KH. Said Aqil Siradj. Mereka selalu berupaya bertentangan dengan pimpinan PBNU KH. Said Aqil Siradj, bahkan menuduh/menuding Kyai Said dengan sebutan “Kyai Liberal”, yang point-nya adalah berusaha agar umat Islam warga nahdliyin tidak lagi menghormati, tidak lagi takdzim, tidak lagi percaya dan meninggalkan NU dibawah kepemimpinan PBNU yang saat ini dipimpin oleh KH. Said Aqil Siradj. Demikian pula yang ketika itu PBNU di pimpin oleh Gusdur pun mengalami hal yang sama, namun sesuai dengan apa yang diramalkan Gusdur ketika masih hidup kepada Kyai Said bahwa NU di bawah kepemimpinan sampeyan kyai said akan mengalami serangan Fitnah yang paling terbesar sepanjang sejarah NU. begitu kata almaghfurlah Gusdur. Upaya untuk menghancurkan NU dari dalam oleh komplotan NUGL tentulah segala macam cara, mulai dari stigmatisai “Syiah & Liberal” pada tokoh-tokoh NU, sampai stigmatisasi bahwa NU dibawah struktural PBNU telah keluar dari khittah. sadis kan …. Jadi pada kesimpulannya bahwa NUGL NU Garis Lurus adalah barisan orang-orang yang berkomplot untuk memutuskan dirinya dari rantai perjuangan NU. Sehingga semua pendapat serta keputusan yang terkait dengan orang/komplotan NUGL tidak ada kaitannya dengan NU. NU hanya ada satu NU, yaitu NU Nahdhatul Ulama dibawah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, tanpa ada embel-embel garis bengkok, lempeng, lurus, ngaceng, dsb. Kepemimpinan NU PBNU adalah mata rantai yang terus bersambung dan berkesinambungan sejak NU nya Mbah Hasyim KH. Hasyim Asy’ari hingga saat ini KH. Said Aqil Siradj. Yang lainnya sudah pasti bukan NU atau NU-ilegal yang merupakan kelompok pengacau yang ingin menghancurkan NU. Kalau NU pasti Pro Pancasila dan Pro Bhineka Tunggal Ika, Akidah Islamnya Ahlussunah Waljama’ah, Dakwahnya sejuk, Semangatnya Hubbul Wathon Minal Iman. Kalau ada NU yang tidak Pro Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, pasti bukan NU, pasti cuma ngaku2 NU, pasti cuma membonceng NU. Sumber Status Facebook Adiba Tis’atun Najma Sucipto. Post Views 4,451
Untukmenghindari penyimpangan sufisme dari garis lurus yang diletakkan para sufi terdahulu, maka NU meletakkan dasar-dasar tasawuf sesuai dengan khittah ahlissunnah waljamaah. Dalam hal ini, NU membina keselarasan tasawuf Al-Ghazali dengan tauhid Asy'ariyyah dan Maturidiyyah, serta hukum fikih sesuai dengan salah satu dari empat mazhab sunni. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Untuk mengantisipasi konferensi NU ke-33 di Jombang pada tahun 2015, berbagai jenis fenomena islam radikal muncul. Yaitu, suatu kelompok yang bertindak atas nama NU Garis Lurus NUGL, yang secara radikal menentang semua kelompok yang berbeda dari diri mereka sendiri. Grup ini dipimpin oleh Lutfi Bashori Malang, Yahya al-Bahjah Cirebon, dan Idrus Ramli Jember.Dengan gaya radikal, NU Garis Lurus menjelma menjadi gerakan neo-khawarij, menuduh siapa saja yang menyimpang dari versi tafsir religiusnya, termasuk Gus Dur, M. Quraish Shihab dan Kiai Said Aqil Siradj NU moderat. Pengejekan terhadap figur NU yang moderat persis sama dengan ejekan mereka kepada sekelompok jaringan Islam liberal Ulil Abshar Abdalla, dkk.. Gaya radikalisme ini tentunya membingungkan para warga Nahdliyyin. Keberhasilan NU Garis Lurus, yang mampu memobilisasi jemaahnya, baru-baru ini terlihat jelas dalam pemilihan presiden 2019. Kelompok kecil ini mendukung pasangan Prabowo-Sandi ketika mayoritas warga Nahdliyyin mendukung Jokowi-Amin. Visi-misi NU Garis Lurus memang untuk menentang mayoritas muslimin. Untuk menyerang NU Moderat, NU Garis Lurus mengangkat isu-isu lama seperti permusuhan terhadap kaum Syiah dan Ahmadiyah. Ironisnya, NU garis lurus malah tertipu oleh Wahhabi yang secara kaku mengubah teks kitab Ar-Risalah yang dikarang Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari. Mbah Hasyim tidak memusuhi kelompok Syiah secara umum, tetapi secara khusus adalah Syiah Rafidha, mereka yang memusuhi para sahabat Syiah Rafidhah tidak ada di Indonesia. Namun, karena ditangkap oleh versi Wahhabi, NU Garis Lurus malah membandingkan semua Syiah tanpa bisa membedakan mana yang Rafidha dan mana syiah secara umum. Di sinilah potensi destruktif dari aliran NUGL menjadi sangat jelas. Sehingga ia tidak berbeda dengan kelompok islam radikal destruktif dari aliran NUGL sangat jelas. Dalam setiap dakwahnya, tuduhan terhadap kelompok di luar dirinya terdistorsi, dianggap salah tempat, selalu tidak benar. Tidak hanya terhadap kelompok Syiah, Ahmadiyah, bahkan tokoh-tokoh seperti Gus Dur, Quraish Shihab dan Kiai Said Aqil Siradj tidak pernah bebas dari tuduhan bahwa mereka telah menyimpang. Arti konsep Aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah dan teks-teks buku yang ditulis oleh Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari ditafsirkan sesuai dengan perspektif kelompok mereka NUGL tidak dapat dilihat secara terpisah dari peran yang dimainkannya, yaitu anti-tesis sekolah liberal yang diprakarsai oleh anak-anak muda NU moderat. Namun, gerakan yang terlalu kanan malah akan membuat masalah nasional dan masalah agama menjadi lebih rumit. Pada dasarnya NUGL hanya ada untuk mengacaukan dialektika internal NU. ******Puritanisme adalah gerakan konsep agama yang berjuang untuk keaslian. Pada akhir abad ke-16, Puritan ingin menyucikan doktrin Katolik Roma dari doktrin yang tidak dianggap Katolik. Di Timur Tengah terjadi pada abad ke-18, ketika Wahhabisme dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Wahhabisme ingin membebaskan Islam dari ajaran yang tidak dianggap Islam. 1 2 Lihat Hukum Selengkapnya
Tentuyang diharapkan dari nugarislurus agar menyampaikan berita yang lurus dan mengkritik dengan kritikan yang benar. Adapun menuduh tanpa bukti maka "kelurusannya" sepertinya harus diluruskan lagi. Semoga Allah meluruskan kita semua. Tuduhan bahwa saya mengkafirkan Syaikh Abdul Qodir al-Jaelany tentu merupakan kedustaan besar.
Oleh Muhammad Saad BARU-BARU ini kelompok aktivis muda Nahdhatul Ulama NU mengaku resah atas fenomena lahirnya “NU Garis Lurus”. Kelompok yang semula hanya muncul di akun Facebook dan twitter ini tiba-tiba pamornya naik. Alih-alih dinilai banyak meresahkan para aktivis NU muda, kegeraman terhadap “NU Garis Lurus” yang dipromosikan di jejaring social membuat namanya kita melejit. Belakangan, kelompok ini juga melahirkan laman internet dengan alamat; Sebelum ini, fenoma “NU Garis Lurus” telah membuat banyak kalangan seolah kebakaran jenggot. Sebut saja misalnya aktivis liberal yang juga aktiv di PDI-P, Zuhairi Misrawi dalam kicauannya di twitter tanggal 04 April 2015 mengatakan, dirinya baru membolikir NU Garis Lurus yang dituduhnya sebagai Wahabi dan PKS, “Baru memblokir akun NU Garis Lurus yang mengaku NU, tapi kicauannya mirip Wahabi dan PKS.” Mungkin karena geram, dua hari setelah itu, 6 April 2015 ia mengaku telah memblokir akun NU Garis Lurus dan twitternya. “Setelah ada akun dan web NU Garis Lurus yang ingin wahabisasi NU,kini muncul antitesanya NUgarislucu ,” ujarnya. Fenomena NU Garis Lurus tak hanya meresahkan Zuhairi. KH Misbahul Munir LDNU berkomentar, “Hari hari ini mulai ada NU Garis Lurus, heran juga. Masuk NU harusnya niat memperbaiki diri bukan memperbaiki NU.” Bahkan Nur Khalik Ridwan, menulis artikel di laman yang menyebut NU Garis Lurus amat membahayakan apa yang telah diperjuangan Gus Dur dan Gus Mus. “NU Garis Lurus yang tidak mencantumkan siapa sebenarnya pengelola dan komunitas mana yang mengembangkan ini, justru memperkuat dugaan demikian. Web ini berusaha memicu pergolakan internal NU dan dimanfaatkan oleh orang tertentu, agar lapisan terdidik NU terus menerus mengurusi soal laten percekcokan sektarian. Yang bisa dimanfaatkan untuk itu adalah figur-figur seperti Ust. Idrus Ramli, Gus Najih, Gus Luthfi, dan lain-lain-lain. Dari jantungnya sendiri, mereka menghantam orang-orang yang telah bertahun-tahun berjuang untuk NU dan menegakkan muruah NU di jagad Indonesia dan dunia, sepertu Gus Dur dan Gus Mus.” [Nur Khalik Ridwan, “Masalah Pemurniah ASWAJA NU Garis Lurus ” , Kamis, 02 April 2015, Tak terkecuali tokoh Jaringan Islam Liberal JIL, Ulil Abshar Abdala ikut pula gerah . “Akhir-akhir ini ada gerakan yg menamakan dirinya “NU Garis Lurus”. Namanya sendiri sudah menunjukkan bahwa yg membuat gerakan ini tak mengerti kultur NU,” ujar Ulil melalui akun twitter Ulil. “Kalau NU diluruskan garisnya, maka ya jadi Wahabi. Garis NU itu lentur; filosofinya seperti tali jagad di logo NU itu. Talinya lentur dan longgar, tidak ketat,” ujar Ulil Abshar Abdala dalan akun twitter Ulil, 7 April 2015. Mengapa banyak pihak seolah merasa tersengat? Sebagaimana tagline kelompok ini yang tertera di laman jika kehadirannya mengembalikan ajaran NU yang dibawa KH Hasyim Asy’ari yang Sunni, tidak Sekularis, pluralis dan liberalis SePILIS. “NU GARIS LURUS adalah merupakan upaya pengembalian pemahaman warga NU kepada ajaran KH. Hasyim Asy`ari yang murni Sunni Syafi`i Non SePILIS Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme.”[ Sebagaimana diketahui, kelompok-kelompok berpaham liberal dan Syiah dinilai telah banyak menyusup dalam tubuh NU benar-benar merasa terusik ketika gerakan ini muncul dengan nama “NU Garis Lurus”, seolah ingin meluruskan pemikiran NU yang sudah tidak murni lagi. Adalah KH Lutfi Bashori putra KH. Bashori Alwi sesepuh NU Jawa Timur yang dikenal berdakwah dan fokus pada pembersihan virus-virus akidah semisal sekularisme, pluralisme dan liberalisme [SePILIS dan Syiah dalam tubuh ormas Islam di Indonesia ini. Pada bulan Februari 2015, ia membidani lahirnya ASWAJA Ahlus Sunnah Wal Jamaah GARIS LURUS. [Baca ASWAJA Garis Lurus Pemerintah Bisa Larang Aktivitas Syiah] Semula, kelompok ini hanya kumpulan beberapa aktifis Aswaja yang tergabung dalam Grup Pejuang ASWAJA, lantas dalam penjabarannya mendapat tambahan GARIS LURUS dan menjadi Pejuang ASWAJA Garis Lurus. Dalam keterangannya di laman tambahan Garis Lurus untuk membedakan dari warga NU bahkan sebagian tokoh NU, yang sudah keluar dari ajaran akidah KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU. [Baca GROUP PEJUANG ASWAJA GARIS LURUS di Namun belakangan, atas gagasan KH Luthfi Bashori ini muncul pihak-pihak tertentu dengan membuat Fanspage Facebook dengan nama yang sama. Tepatnya pada 27 Oktober 2014, Fanspage yang berjudul “NU Garis Lurus” dibuat. Namun KH Luthfi Bashori sendiri dalam keterangan resmi di situs pribadinya, telah menjelaskan akun Facebook NU Garis Lurus tidak memiliki kaitan dengan Grup ASWAJA Garis Lurus. Meski tidak ada kaitan antara keduanya, tetap saja keberadaan Grup ASWAJA Garis Lurus dan akun Facebook NU Garis Lurus mencemaskan kelompok penganut paham liberal dan pendukung Syiah. Pertama, kaum SePILIS dan Syiah meradang, sebab kesesatan dua faham yang menjadi benalu di tubuh NU ini dibongkar oleh NU Garis Lurus. Bukti kemarahan salah satu dari mereka yang berfaham liberal adalah sebuah tulisan di web resmi dengan judul “Meluruskan “NU GarisLurus”. Dalam tulisan itu, M. Alim Khoiri menulis “Kerikil’ terbaru NU saat ini adalah munculnya fenomena “NU GarisLurus”. Ini mengesankan bahwa ternyata ada juga NU yang tidak lurus. Mirisnya, kelompok yang mengatas namakan “NU Garis Lurus” ini tak segan – segan mencaci kelompok NU lain yang tak sependapat dengan mereka. Tokoh-tokoh besar NU macam Gus Dur, Profesor Quraish Shihab dan Kang Said, artikel ini tak lepas dari serangan mereka. M. Alim Khoiri , “Meluruskan “NU GarisLurus” – NU Penulis artikel ini juga mengatakan bahwa NU Garis Lurus adalah kelompok yang mengatas namakan NU untuk menandingi keberadaan faham – faham yang dianggap sesat. M Alim menulis “Gerakan ini, boleh jadi merupakan semacam bentuk tandingan atau perlawanan terhadap faham – faham pemikiran yang mereka anggap sesat macam pluralisme, sekularisme, liberalism atau faham “Syi’ahisme”. Menurut mereka, faham – faham tersebut tak boleh ada dalam NU, tokoh-tokoh NU yang dianggap memiliki prinsip – prinsip terlarang’ itu tak layak dan tak boleh ada dalam NU”. Dari dua pernayataan di atas, M. Alim seorang Nahdhiyin yang tampak berpemikiran liberal, sangat kelihatan emosional dan tidak ilmiah dalam merespon NU Garis Lurus.* bersambung…yang geram kehadiran NU Garis Lurus… Penulis adalah warna NU, alumni PP Aqdaamul Ulama’ Pandaan-Pasuruan, Anggota Pejuang Aswaja Garis Lurus
Semuaulama besar dan para imam kita adalah dari kalangan mereka; al-Baqilani, al-Isfaraini, imamul Haramain al-Juwaini, Abu Hamid al-Ghazali, al-Fakhr ar-Razi, al-Baidhawi, al-Aimidi, asy-Syahrastani, al-Baghdadi, Ibnu Abdissalam, Ibnu Daqiqil Id, Ibnu Sayyydinnas, al-Balqini, al-Iraqi, an-Nawawi, ar-Rafi'i, Ibnu Hajar al-Atsqalani dan as-Suyuthi. Santri NU Banyak diantara kita yang masih sering salah kaprah dengan istilah / grup / kelompok "NUGL". Mereka mengira bahwa "NUGL" resmi legal. Bahkan ada yang menganggap bahwa NUGL itu NU-nya mbah Hasyim. Ada juga yang mengatakan bahwa "NUGL" itu Lebih NU dari NU. Usut punya usut, selidik punya selidik bahwa ternyata "NUGL" merupakan komplotan orang-orang yang terdiri dari, sbb 1. Sakit hati karena kalah dalam kontestasi pemilihan ketua umum tanfidziyah PBNU, yaitu sdr. Idrus Ramli 2. Orang yang baru lulus belajar agama di Timur Tengah ingin secara instan menjadi Imam Besar. 3. Orang-orang yang tidak mendapat tempat dalam kepengurusan di PBNU seperti Buya Yahya, Hb. Vad'aq, Muqtafi Abd. Sachal, Ja'far Shadiq, Luthfi Rochman dan Abbas Rahbini. Mereka merupakan orang-orang pada umumnya kalah, tergeser, tidak mendapat dukungan untuk duduk dalam kepengurusan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, sehingga mereka berkomplot membentuk wadah baru secara ilegal yakni "NUGL". Selain itu mereka komplotan "NUGL" seakan juga merasa menjadi yang paling alim diantara para ulama sesepuh NU yang telah merestui kandidat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang resmi yang telah terpilih secara aklamasi. Secara organisasi mereka membuat struktur organisasi sendiri sesuka hati tanpa melalui proses aklamasi, dan karena tidak memiliki keanggotaan struktural akhirnya mereka menggandeng eFPeI. Tetapi lucunya, disini ada dua Imam Besar yaitu Luthfi Bashori dan Ha eR eS. Nah lho !? Lucu kan... Walhasil, mereka NUGL pun berhasil menjaring sebagian kecil umat kultural yang masih sangat awam. Umat awam ini terbagi tiga yaitu 1. Umat awam nahdliyin yang masih awam 2. Umat awam yang fundamental yang penting aswaja 3. Umat awam pembonceng kepentingan Umat awam nahdliyin yang masih belum mengerti, adalah warga NU yang tidak mengerti garis perjuangan dakwah NU, tidak mengerti struktural organisasi NU, Sehingga mudah dikelabui oleh pihak-pihak lain diluar PBNU yang mengatasnamakan NU. Umat awam yang fundamental merupakan umat islam yang berakidah Ahlusunah waljamaah. Mereka biasanya hanya tahu kalau ahlusunah waljama'ah itu qunutan, tahlilan, maulidan, ziarah kubur. Tetapi semangatnya ahlussunahnya memang luar biasa namun otaknya sepi, sehingga mudah termakan hoaks dan fitnah. Seperti NU yang sekarang dengan NU-nya mbah hasyim itu berbeda. Atau NU Gusdur itu liberal, NU Kyai Said Syi'ah. Atau NUGL itu sama dengan NU-nya mbah Hasyim. Dan lain-lain sebagainya yang semuanya hanyalah hoaks dan fitnah. Tetapi mereka termakan oleh hoaks dan fitnah itu tanpa bisa berpikir jernih. Umat awam pembonceng kepentingan, adalah orang-orang yang memang berasal dari kelompok-kelompok yang membenci NU. Mereka sangat menginginkan kehancuran NU sehingga mereka ingin merusak NU dari dalam NU sendiri dengan memprovokasi warga NU yang tergolong dari 1 & 2 tsb diatas. Mereka senantiasa berupaya membuat air kolam NU menjadi keruh dan untuk memancing di air keruh tsb. Mereka berasal dari kelompok-kelompok yang ingin menguasai NKRI Untuk menguasai SDA, Sosial, Budaya, Politik dan Agama. Tetapi mereka harus menghancurkan penjaganya yaitu NU. Oleh karena itu mereka selalu membonceng utk mencari peluang yang bisa menghancurkan NU baik dari luar maupun dari dalam NU itu sendiri. Jadi, NUGL NU Garis Lurus merupakan gerakan yang berafiliasi dengan eFPeI karena secara akidah sama, tetapi sepertinya mereka juga tidak sadar kalau mereka juga dimanfaatkan oleh orang-orang dari kelompok Islam Transnasional seperti Ikhwanul Muslimin IM dan Hizbut Tahrir HTI Juga Wahabi / Salafi Wahabi Wahabiyin. Sehingga justru akhirnya mereka lebih cenderung menjadi NU rasa eFPeI atau NU rasa Wahabi. Sehingga garis perjuangan NUGL sudah keluar jauh dari garis perjuangan NU yang sesungguhnya yang mementingkan kepentingan bangsa dan agama serta kemaslahatan umat manusia Indonesia pada khususnya. Kiprah NUGL selama ini terus berusaha untuk memutus mata rantai antara warga nahdliyin dan ulama/kyai/habaib NU. Komplotan barisan sakit hati itu sangat mendukung upaya fitnah2 busuk kepada pimpinan PBNU yakni KH. Said Aqil Siradj. Mereka selalu berupaya bertentangan dengan pimpinan PBNU KH. Said Aqil Siradj, bahkan menuduh/menuding Kyai Said dengan sebutan "Kyai Liberal", yang point-nya adalah berusaha agar umat Islam warga nahdliyin tidak lagi menghormati, tidak lagi takdzim, tidak lagi percaya dan meninggalkan NU dibawah kepemimpinan PBNU yang saat ini dipimpin oleh KH. Said Aqil Siradj. Demikian pula yang ketika itu PBNU di pimpin oleh Gusdur pun mengalami hal yang sama, namun sesuai dengan apa yang diramalkan Gusdur ketika masih hidup kepada Kyai Said bahwa NU di bawah kepemimpinan sampeyan kyai said akan mengalami serangan Fitnah yang paling terbesar sepanjang sejarah NU. begitu kata almaghfurlah Gusdur. Upaya untuk menghancurkan NU dari dalam oleh komplotan NUGL tentulah segala macam cara, mulai dari stigmatisai "Syiah & Liberal" pada tokoh-tokoh NU, sampai stigmatisasi bahwa NU dibawah struktural PBNU telah keluar dari khittah. sadis kan .... Jadi pada kesimpulannya bahwa NUGL NU Garis Lurus adalah barisan orang-orang yang berkomplot untuk memutuskan dirinya dari rantai perjuangan NU. Sehingga semua pendapat serta keputusan yang terkait dengan orang/komplotan NUGL tidak ada kaitannya dengan NU. NU hanya ada satu NU, yaitu NU Nahdhatul Ulama dibawah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, tanpa ada embel-embel garis bengkok, lempeng, lurus, ngaceng, dsb. Kepemimpinan NU PBNU adalah mata rantai yang terus bersambung dan berkesinambungan sejak NU nya Mbah Hasyim KH. Hasyim Asy'ari hingga saat ini KH. Said Aqil Siradj. Yang lainnya sudah pasti bukan NU atau NU-ilegal yang merupakan kelompok pengacau yang ingin menghancurkan NU. Kalau NU pasti Pro Pancasila dan Pro Bhineka Tunggal Ika, Akidah Islamnya Ahlussunah Waljama'ah, Dakwahnya sejuk, Semangatnya Hubbul Wathon Minal Iman. Kalau ada NU yang tidak Pro Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, pasti bukan NU, pasti cuma ngaku2 NU, pasti cuma membonceng NU. Oleh Adiba Tis'atun Najma Sucipto fb LuthfiBashori, Imam Besar Situs NU Garis Lurus, Bedah 5 Fakta Hubungan Keduanya Hanya di Sini! 23 April 2016 Intisari Redaksi Redaksi Redaksi DatDut.Com - Tokoh ini masih terbilang muda. Umurnya mendekati 50-an tahun. Namun kiprahnya dalam menyebarkan dakwah Islam dengan segala lika-likunya telah banyak menarik perhatian. Lebih

NU Garis Lurus menanggapi tulisan KH. Imam Jazuli yang berjudul "Menimbang Radikalisme NU Garis Lurus Neo-Khawarij” yang dimuat oleh Tribunnews pada 9 November 2019. Baca Juga DPR dan Pemerintah Sepakati Biaya Haji 2023 Rp 90 Juta Terungkap, Ternyata NII Rancang Aksi Lengserkan Jokowi Sebelum Pemilu 2024 Berhasil Ungkap Kasus Korupsi Besar, Firli Bahuri Layak Jadi Calon Alternatif 2024 Sudah jama' diketahui bahwa ketiga tokoh di atas adalah ulama berfahamkan Ahlussunnah wal Jamaah. KH. Luthfi Bashori adalah putra dari KH Bashori Alwi, seorang Ulama sepuh NU di Jawa Timur. Background pendidikan KH Luthfi Bashori adalah dari Pesantren Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki sorang "Pendekar Aswaja Makkah” yang gencar melawan Neo Khawarij. Beliau juga masih aktif di kepengurusan MWC NU Singosari Malang. Adapun karya tulis beliau adalah "Musuh Besar Umat Islam” dan "Sunni dan Wahabi, Dialog Ilmiah Seputar Amaliah Ahlussunnah wal Jamaah”.Perlu ketahui, representasi dari neo khawarij ialah Wahabi Musuh Besar Umat Islam” karya beliau ini terfokus pada pembahasan sekte Liberalisme yang membahayakan aqidah umat Islam. Buya Yahya awal belajar di Madrasah Diniyah yang diasuh oleh KH. Imron Mahbub. Pada tahun 1988 sampai 1993, Buya Yahya kembali melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Darullughah Waddawah di Bangil. Kala itu pesantren tersebut diasuh oleh Habib Hasan bin Ahmad tahun 1993 sampai 1996, Buya Yahya pernah mengajar di Pondok Pesantren Darullughah Waddawah Bangil. Namun di tahun 1996 Buya Yahya berangkat ke Universitas Al Ahgaff Yaman atas perintah dari Habib Hasan Bin Ahmad Baharun. Beliau menempuh pendidikan di Yaman selama 9 tahun atau tepatnya sampai tahun 2005. Tidak hanya menempuh pendidikan di Universitas Ahgaff, Buya Yahya juga belajar di Rubath Tarim yang diasuh oleh Habib Salim Buya Yahya menempuh pendidikan di Yaman, beliau memang banyak belajar mengenai ilmu fiqih dari para Mufti Hadramaut diantaranya adalah Habib Ali Masyur bin Hafidz, Syekh Fadhol Bafadhol, dan Syekh Muhammad Al Khathib. Selain ilmu fiqih, beliau juga belajar mengenai ilmu hadist dari para ahli hadist diantaranya Sayyid Amad bin Husin Assegaf, Habib Salim Asysyatiri serta DR. Ismail Kadhim Al Aisawi. Selain itu Buya Yahya juga mengambil ilmu ushul fiqih dari ulama-ulama ahli. Selain belajar, Buya Yahya juga pernah mengajar di Fakultas Tarbiyah dan Dirosah Ilamiah di Universitas Ahgaff Yaman selama 3 tahun. Idrus Ramli sendiri mendalami ilmu Agama di Pesantren salaf Sidogiri selama 18 tahun. Menerima ijazah sanad dari Syaikh Yasin al-Fadani, Makkah al-Mukarramah. Pengabdiannya di NU adalah lewat LBM Lembaga bahtshul masail dan RMI Rabithah Maahid Islamiyah PCNU Jember bahkan pernah pula menjabat di LTN Lajnah Talif wan Nasyr di NU Jawa Timur. Karya beliau di antara Madzhab al-Asy'ari Benarkah Ahlussunnah wal Jamaah, Jawaban Terhadap Salafi, Pintar Berdebat Dengan Wahabi, melihat dari riwayat hidup para tokoh tersebut, baik dari trah keturunan, institusi pendidikan, medan dakwah serta percikan pemikiran yang tertuang dalam karya mereka. Tidak satupun mencerminkan tokoh-tokoh yang dituduh Imam Jazuli ini sebagai para penggerak Neo Khawarij. Jika hanya lantaran para tokoh itu memilih medan dakwah nahi mungkar dalam bidang aqidah, kemudian dituduh sebagai orang yang berfahamkan Khawarij, lalu bagaimana dengan ulama-ulama dahulu yang berdakwah dalam bidang aqidah semisal Imam al-Ghazali, Syaikh Abdul Qahir al-Baghdadi bahkan sampai Syaikh Hasyim Asy' menanggapi tuduhan KH. Imam Jazuli yang mengatakan bahwa ketiga tokoh adalah pemimpin NU Garis Lurus, terpapar Neo Muktazilah, melakukan pentahrifan kitab Syaikh Hasyim Asy'ari, melakukan penyelewengan dan penyempitan ajaran komperhensif-holistik dari Syaikh Hasyim Asy'ari dan masih banyak lainnya. NU Garus Lurus kemudian mengambil beberapa tulisan KH. Imam Jazuli yang cenderung menfitnah dan yang perlu tentang tulisan KH Imam Jazuli, bahwasannya ketiga tokoh tersebut petinggi NU Garis Lurus, dalam tulisannya menulis"Dengan gaya radikal, NU Garis Lurus menjelma gerakan neo-khawarij, yang menuduh sesat siapa saja yang menyimpang dari tafsir keagamaan versi dirinya, termasuk Gus Dur, M. Quraish Shihab, dan Kiai Said Aqil Siradj. Tokoh-tokoh NU Moderat ini tidak lepas dari cercaan mereka. Mencerca tokoh NU moderat sama persis dengan saat mencerca kelompok Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, dkk..”Menurut KH Luthfi Bashori, selaku ketua NU Garis Lurus ketika dikonfirmasi menjelaskan bahwa julukan NU Garis Lurus adalah murni bahasa wartawan majalah Alkisah. Jadi NU Garis Lurus itu bukanlah sebuah organisasi, tetapi sebuah sikap keagamaan yang melekat pada ketiga tokoh. "Siapapun orangnya, selama ia berbasis Ormas NU dan masih berpikiran lurus sesuai pemikiran Syaikh Hasyim Asyari, bukan seperti oknum-oknum petinggi NU struktural yang terserang pemikiran Liberal dan ada yang Syiah, maka orang tersebut, baik dari NU Struktural, maupun kultural, mereka tergolong NU Garis Lurus,” terang KH Luthfi Bashori dalam keterangan resminya pada Kantor Berita , Kamis 14/11.Menurut KH Luthfi Bashori, sikap ini mengikuti para pendahulu NU, seperti saat KH. As'ad Syamsul Arifin yang pernah menolak kepemimpinan Gus Dur, karena perilaku Gus Dur yang beliau nilai telah keluar dari aturan Tempo edisi 2 Desember 1989, saat itu KH. As'ad mengatakan, "Saya memilih mufaraqah memisahkan diri, tetap di satu masjid tapi tidak mau jadi makmum. Ya, bagaimana, wong ketika salat imamnya kentut atau kelihatan ‘anu’-nya. Masak saya mau makmum juga”.Sebagai budayawan, Gus Dur saat itu menganggap aktif di bidang kesenian adalah bagian dari dakwah. Karena itu, dia tak menolak saat diminta memimpin Dewan Kesenian Jakarta, menjadi juri film, membuka Malam Puisi Yesus Kristus, dan cenderung membela Syiah. Perilaku yang tidak menunjukkan sifat tashawwuf dan zuhud dari Gus Dur ini ditanggapi keras oleh Kiai As'ad."Ketua NU kok jadi pimpinan ketoprak," begitu Kiai As'ad menumpahkan kekesalannya seperti tertuang dalam buku Kharisma Kiai As'ad di Mata Umat karya Syamsul A. Hasan. Kedua, tuduhan Neo Khawarij kepada tokoh-tokoh di atas yang dinisbatkan kepada kelompok Khawarij dengan istilah Neo Khawarij. Menanggapi hal ini, KH Luthfi Bashori menyebut bahwa Neo Khawarij sendiri diambil dari kata Neo” dan Khawarij”. Neo berasal dari kata /néo-/ yang memiliki arti baru” atau yang diperbarui”. Sedangkan Khawarij” merujuk pada sebuah faham sempalan dalam Islam. Jadi Neo Khawarij berarti menggambarkan munculnya Khawarij baru dari tokoh-tokoh di atas, namun sayangnya penulis tidak memberikan contoh yang jelas tentang tuduhan khawarij menurut Syaikh Abul Mansur Abdul Qahir al-Baghdadi dalam kitab al-Farqu Baynal Firaq” ialah satu faham sempalan dalam Islam yang berkeyakinan bahwa iman tidaklah cukup hanya dilafalkan dengan kalimat Syahadah, iman harus diikuti amal shaleh. Konsep ini berkembang pada titik pengkafiran pada orang yang melakukan dosa besar. Contoh, orang yang meninggalkan kewajiban haji masuk kategori kafir. Sebab hal ini menyalahi al-Quran Ali imron QS 97. Intinya, faham Khawarij ini faham takfiri. Benarkah KH. Luthfi Bashori, Buya Yahya dan KH Idrus Ramli berfahamkan Khawarij. Ini tuduhan gegabah yang dilakukan seorang yang mengaku akademisi. Berikut kutipan selengkapnya KH Luthfi Bashori Bagaimana Anda menanggapi tuduhan KH. Imam Jazuli bahwa NU Garis Lurus dianggap terlalu menggeneralisir semua Syiah wajib dimusuhi?Imam Jazuli melakukan tuduhan kepada kami di atas mentahrif kitab "Risalah Ahlussunnah wal Jamaah” dengan menggeneralisir semua Syiah wajib dimusuhi. Dia menyebut Syaikh syaikh Asyari tidak memusuhi Syiah secara umum, namun hanya kepada Syiah Rafidhah. Dalam tulisannya Imam Jazuli menulis"Dalam rangka menyerang NU Moderat, NU Garis Lurus mengangkat isu-isu lama, seperti permusuhan terhadap Syiah dan Ahmadiyah. Ironisnya, NU Garis Lurus terperdaya oleh kaum Wahhabi yang mentahrif atau mengubah teks kitab ar-Risalah karya Hadratus Syeikh Hasyim Asyari. Mbah Hasyim tidak memusuhi kelompok Syiah secara umum, tetapi khusus Syiah Rafidhah, yakni mereka yang memusuhi para sahabat Indonesia, kelompok Syiah Rafidhah itu tidak ada. Tetapi, karena terjebak oleh versi Wahhabi, NU Garis Lurus menyamakan seluruh Syiah tanpa mampu membedakannya dengan Rafidhah. Dari sinilah potensi destruktif aliran NU Garis Lurus terlihat nyata. Sehingga ia tak ubahnya dengan golongan radikalis Islam lainnya”.Yang perlu dipersoalkan dalam paragraf di atas ialah pertama, alih-alih mengkritik NU Garis Lurus yang dinisbatkan kepada kami, Imam Jazuli terjebak pada istilah NU Moderat. NU disandingkan dengan Moderat. Sedangkan moderat sendiri adalah lahir dari Barat Sekuler Liberal yang anti terhadap agama. Menurut Dr Hamid Fahmi Zarkasyi pakar bidang pemikiran, konsep moderat berbeda dengan konsep washathiyah atau tawasshut dalam istilah NU. Washathiyah identik dengan keadilan, menunjukkan kemuliaan, kebaikan, keseimbangan dunia-akhirat, tidak berlebihan tidak juga meremehkan ibadah atau perintah agama. Sehingga wasathiyah merupakan sifat dari Islam moderat menurut Barat, adalah dengan ciri-ciri Muslim yang tidak anti semith tidak anti Yahudi, kritis terhadap Islam dan menganggap Nabi Muhammad tidak mulia dan tidak perlu diikuti, pro kesetaraan gender, menentang jihad, menentang kekuasaan Islam, pro pemerintahan sekuler, pro Israel, pro kesamaan agama-agama, tidak merespons terhadap kritik-kritik kepada Islam dan Nabi Muhammad, anti pakaian Muslim, tidak suka jilbab, anti syariah dan anti terorisme. Inilah arti moderat menurut Barat. Dengan menggunakan istilah yang diadopsi dari konsep milik Barat Liberal, maka bisa dikatakan bahwa jika Imam Jazuli yang lulusan al-Azhar ini dengan atau tanpa sengaja dia sudah berpikiran liberal. Fenomena demikian tidak aneh, sebab sudah banyak sekali orang-orang bahkan tokoh yang terjebak pada pemikiran liberal baik sengaja maupun tidak. Tentunya banyak faktor yang menyebabkan seseorang itu menjadi liberal tanpa Imam Jazuli menilai NU Garis Lurus melenceng dari pemikiran Syaikh Hasyim Asy'ari?Imam Jazuli tidak faham pemikiran Syaikh Hasyim Asy'ari, dengan mengatakan bahwa para tokoh yang dituduh NU Garis Lurus ini telah melakukan tahrif kepada kitab Risalah Ahlusunnah wal Jamaah kitab Syaikh Hasyim Asy'ari, yang katanya Syaikh Hasyim Asy'ari tidak memusuhi Syiah pada umumnya. Perlu diketahui, dalam kitab al-Farqu bainal Firaq, Syiah secara Global dibagi menjadi tiga yaitu Syiah Zaidiyah, Syiah Rafidha dan Syiah Ghulluw. Ketiga kelompok Syiah ini berpecah menjadi beberapa kelompok lagi yang mana ada di antara mereka saling mengkafirkan. Adapun dari ketiga kelompok besar itu, hanya kelompok Zaidiyah yang memiliki kesamaan dengan Ahlussunnah wal jamaah. Namun meski kelompok zaidiyah adalah kelompok paling dekat dengan Ahlussunnah wal jamaah, ternyata Syaikh Hasyim Asy'ari dalam muqaddimah Qanun Assasi lil Jamiyyah Nahdhlatul Ulama mengatakan Syiah Zaidiyah termasuk kelompok Ahlul Bid'ah. Sebagaimana penulis kutip dari tulisan Kholili Hasib M. Ud seorang pakar bidang aliran sesat dan anggota MUI Jawa Timur, dalam bukunya "Sunni dan Syiah Mustahil Bersatu, dan sub bab Kyai Hasyim Asy'ari tentang Syiah”.Dalam sejumlah kitab yang ditulis oleh beliau Syaikh Hasyim Asyari, kekeliruan aqidah Syi'ah dibahas dengan panjang lebar dan dengan rujukan ulama salaf. Jelasnya, sebelum beliau mengambil sebuah kesimpulan, beliau sering mengutip pendapat ulama terdahulu dan hadits Nabi Muhammad saw. Beberapa karya beliau yang layak untuk disebutkan, misalnya adalah, Muqaddimah qanun Asasi lil jamiyah nahdhlatul Ulama, Risalah Ahlussunnah wal jamaah, al-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin, dan al-Tibyan fi Nahyi an Muqatha'ah al-Arham wa al-Aqrab madzhab lain seperti Syiah Imamiyah dan Syiah Zaidiyah adalah Ahli Bid'ah. Dan sehubungan itu, apapun pendapat yang berasal dari mereka tidak boleh Syiah Zaidiyah yang dekat dan memiliki kesamaan dengan Ahlussunnah wal jamaah dinyatakan Ahli Bid'ah dan dilarang masyarakat Nahdhiyin untuk mengambil pendapat dari mereka. Bagaimana dengan kelompok Syiah lainnya yang tentunya lebih ekstrim dan radikal?Dalam hal ini tidak dibutuhkan logika level tinggi untuk mencernanya. Jadi adanya perubahan kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamah yang dilakukan tokoh ketiga tokoh di atas ini, hanyalah tuduhan keji semata yang tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Hal ini bisa masuk dalam ranah pelanggaran hukum, karena telah menuduh tanpa bukti paragraf akhir Imam Jazuli menulis "Jangan sampai menuruti hawa nafsu kekuasaan lalu tega hati melakukan penyelewengan dan penyempitan atas ajaran komprehensif-holistik dari Hadratus Syeikh Hasyim mereka yang menjadi pengurus NU struktural banyak yang melakukan penyelewengan. Contohnya, terjadi kerjasama antara NU struktural dengan Syiah Iran. Bahkan jauh sebelum itu, Gus Dur dengan tak sungkan-sungkan mengatakan bahwa NU adalah Syiah Minus Imamah. Menurut Sumber Majalah Berita Mingguan GATRA Edisi 25 November 1995 bahwa Kyai Bashori Alwi mengatakan pernah mendengar pidato Gus Dur di Bangil, Jawa Timur, menyebut Ayatullah Khomeini sebagai waliyullah atau wali terbesar abad ini. Padahal, menurut pendapat Ahlusunah wal Jamaah, jelas bahwa Syiah itu menyimpang dari Kyai Bashori Alwi bertanya, "Bagaimana sih sebenarnya akidah sampeyan tentang Syiah ini?” . Menurut Effendy Choiri, yang dikenal sebagai pendukung Gus Dur, jawaban Gus Dur sebagai berikut "Dari segi akidah, memang beda antara Syiah dan Sunni. Saya melihat Khomeini itu waliyullah bukan dalam konteks akidah, melainkan dalam konteks sosial. Khomeini adalah satu-satunya tokoh Islam yang berhasil menegakkan keadilan, memberantas kezaliman, dan lain-lain. Jadi soal akidah kita tetap beda dengan Syiah."Padahal jelas dan tegas sebagaimana kita bahas di atas, bagaimana Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari dalam berbagai kitabnya mengatakan bahwa aliran Syiah adalah sesat, hatta itu Syiah Zaidiyah, serta melarang masyarakat NU untuk menjalin hubungan baik siapa yang sebenarnya melakukan penyelewengan terhadap pemikiran Syaikh Hasyim Asy'ari? Wallahu a'lam bis shawwab.[aji] Baca Juga Said Abdullah Bantah DPR Percepat Pengesahan RUU KUP Nusron Wahid Minta Masyarakat Tidak Suudzon Terkait Kebakaran Kilang Minyak Pertamina di Cilacap Pemilihan Calon Anggota BPK Relatif Monopolistik DPR

.
  • lg53m1u58q.pages.dev/648
  • lg53m1u58q.pages.dev/414
  • lg53m1u58q.pages.dev/103
  • lg53m1u58q.pages.dev/489
  • lg53m1u58q.pages.dev/357
  • lg53m1u58q.pages.dev/224
  • lg53m1u58q.pages.dev/539
  • lg53m1u58q.pages.dev/628
  • lg53m1u58q.pages.dev/186
  • lg53m1u58q.pages.dev/478
  • lg53m1u58q.pages.dev/572
  • lg53m1u58q.pages.dev/980
  • lg53m1u58q.pages.dev/958
  • lg53m1u58q.pages.dev/306
  • lg53m1u58q.pages.dev/853
  • daftar ulama nu garis lurus